KHUTBAH JUM’AT : MENGAKHIRI PUASA RAMADHAN 1440 H/2019 M DENGAN IMAN DAN TAQWA
MENGAKHIRI PUASA RAMADHAN 1440 H/2019 M
DENGAN
IMAN DAN TAQWA
Oleh : ANIS PURWANTO
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ
وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ
تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan
karunia Allah SWT yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati.
Sebagai ungkapan rasa syukur kita,
marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan
kualitas iman dan taqwa, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari
keridhoaan Allah semata. Shalawat dan
salam kepada baginda Rasulullah SAW, teladan umat semesta, panutan dalam
merealisasikan ketaqwaan dalam kehidupan nyata, dalam bermasyarakat dan
bernegara.
Ma’asyiral
Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Perputaran
hari ternyata bergerak begitu cepat, bahkan terasa lebih cepat dari pada kilat,
hari-hari dimana kita memiliki kesempatan untuk mengisinya dengan ketaatan
kepada Allah SWT,. ternyata Ramadhan ini tinggal beberapa hari lagi, insya
Allah Jum’at
depan kita sudah memasuki
Idul Fitri 1 syawal 1440 H. Namun kita masih terasa banyak berkubang dengan
rutinitas pribadi yang ujungnya hanya berorientasi pada kepentingan duniawiyah.
Malah terkadang kita begitu gampang terlena dengan madu-madu kenikmatan
duniawi, kita juga mudah lupa bahwa sebenarnya sekarang ini kita berada dalam
sebuah perjuangan yang sangat berat, yakni upaya meningkatkan kualitas ibadah
guna menggapai predikat muslim sejati. Bahkan jiwa kitapun terkadang masih
belum bisa merasakan nikmatnya Ramadhan, belum bisa merasakan kegembiraan
Ramadhan. Pertanyaan kita adalah sudahkah dengan Ramadhan ini kita telah
mendapat apa yang seperti Allah SWT kehendaki ?
Untuk itu
marilah kita coba merenungi sabda Rasulullah SAW :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh
keimanan dan dengan mengharap pahala, maka dosa-dosa sebelumnya akan diampuni”
Inilah titik awal yang
diperingatkan oleh Rasulullah kepada kita, beliau telah meletakkan dasar yang
paling penting, yang menjadi koidah untuk setiap amalan yang kita lakukan,
sebab setiap amalan itu dengan niatnya, dan setiap yang didapati orang muslim
sesuai dengan apa yang diniatkan.
Bulan Ramadhan dengan
segala kebaikan didalamnya alhamdulillah masih bersama kita, meskipun dalam
kenyataannya Ramadhan ini terasa begitu cepat berakhir. Karenanya sebelum
Ramadhan benar-benar berakhir, keistimewaaan bulan ini mari kita raih dengan
penuh kesadaran akan dahsyatnya nilai yang terkandung dalam ibadah puasa. Sebab
banyak dari kita yang bertanya, kenapa setelah masuk bulan Ramadhan dan setelah
keluarnya dari Ramadhan, kondisi kami biasa-biasa saja, iman kami sama dengan
sebelum mengerjakan puasa Ramadhan. Padahal dengan jelas Allah berfirman :
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ
عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ
تَتَّقُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Setelah
melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan, maka tugas seorang mukmin yang
paling berat adalah memelihara dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan dalam
kehidupan sehari-hari. Setelah puasa selesai nampaknya kita harus tetap puasa.
Sebab tugas memelihara ini justru lebih berat ketimbang melaksanakan perintah
puasa itu sendiri. Sebab selama bulan suci Ramadhan, ada banyak faktor
pendukung yang sangat menguntungkan, sehingga kita kuat menghadapi godaaan dan
ujian iman. Karena seluruh kaum muslimin serentak melaksanakan ibadah puasa,
taraweh rame-reme, tadarus bersama, begitu pula lingkungan sekitar kita, ikut
menghormati bulan suci Ramadhan, misalnya warung makan tidak semata-mata buka
di siang hari, dan lain-lain, bahkan seluruh tayangan TV sangat sarat dengan muatan dakwah, berbagai
paket acara yang bernuansa Ramadhan pun disajikan. Seakan tiada hari tanpa
dakwah. Sehingga selama Ramadhan kita merasakan suasana yang sangat Islami, jauh
dari aroma mungkarot yang kerap mewarnai kehidupan kita.
Selama
Ramadhan dorongan hawa nafsu kita pasung, irama dzikir selalu mengiringi
langkah kita, kemanapun kaki melangkah akan kita temukan nuansa Ramadhan yang
sangat semarak, anak-anak bermain riang menanti saat berbuka puasa. Telinga
kita tak hentinya selalu diperdengarkan
lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Mulut kita tak hentinya mengagungkan asma
Allah, kita sucikan asma Allah. Seakan kita dalam belaian mesra tangan Allah,
tidur kitapun akan nyenyak bersama mimpi
akan keindahan dan kenikmatan surgawi.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Kita
memang masih harus puasa lagi setelah puasa usai. Buah nilai puasa yang satu
bulan sebetulnya sudah mampu mewarnai corak kehidupan kita selanjutnya. Dengan catatan puasa yang
kita lakukan itu puasa yang “imanan wah tisyaban” dan “ghufirollahu mataqodam
min dambih”. Sebab ada bayak model puasa yang juga banyak dilakukan, dimana dia
melaksanakan puasa akan tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya
lapar dan haus. Kasihan tentunya orang yang model puasanya seperti ini, laksana
orang yang jatuh ketimpa tangga.
Oleh
karenanya, dalam rangka memelihara dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan dalam
mencapai predikat mukmin sejati, ada baiknya selalu kita sandarkan harapan itu
kepada Allah SWT. Kita yakin seyakin-yakinnnya, bahwa puasa kita akan membawa
hikmah, buah dari Ramadhan akan kita rasakan, tidak hanya nanti di akhirat,
akan tetapi pengaruh yang positif itu bisa kita rasakan di dunia. Irama
peribadatan kita seyogyanya juga semakin indah dan mempesona menurut pandangan
Allah. Bila hal itu kita laksanakan secara rutin dan berkesinambungan sampai
datangan bulan Ramadhan berikutnya, insya Allah buah dari ibadah kita akan
memberikan pengaruh yang positip terhadap jiwa dan kepribadian kita sebagai
hamba Allah yang beriman dan bertaqwa.
Demikian
yang dapat kami sampaikan, semoga ibadah puasa yang kita lakukan pada tahun ini
dapat diterima oleh Allah SWT, amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ.
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Komentar
Posting Komentar