KHUTBAH JUM’AT : IMAN DAN TAGWA SEBAGAI LANDASAN FUNDAMENTAL KEHIDUPAN
KHUTBAH JUM’AT
IMAN DAN TAGWA SEBAGAI LANDASAN FUNDAMENTAL KEHIDUPAN
Oleh : ANIS PURWANTO
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَهُوَ الْمُهْتَدُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَي حَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصَحابهِ اْلأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Segala puji atas limpahan karunia Allah yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Karenanya marilah kita sampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT , dan senantiasa memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoaan Allah semata. Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Kita kini berada di hari ke tiga hari tasrik setelah kita melarayakan hari Raya idul Adha. Menski dalam situasi bagaimanapun, kita semua telah merayakannya. Bahkan dalam suasana kedhoruratan dan keterbatasan yang ada. Hari raya Idul Adha dan penyembelian serta pembegian daging kurban telah kita laksanakan.
Bahkan kita sepakan hari Raya idul adha di masa PPKM Darurat ini pemerintah tetep menghimbau untuk lebih banyak beribadah di rumah. Hal ini kita lakukan karena dalam kenyataannya pandemic ini belum selesai, bahkan kita rasakan bersama situasi justru semakin mengkhawatirkan bagi keselamatan jiwa. Karenanya partisipasi kita di dalam ikut menjaga diri dan yang lain terus kita laksanakan. Dengan Susana kedhoruratan, dengan suasana pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat ini kita tetep laksanakan ibadah, kita terus lanjutkan kehidupan ini.
Kita kuat, kita tetep optimistis dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun, karena kita di kuatkan dengan iman dan taqwa . Kita beriman kepada Allah SWT, setelah menyadari dengan sepenuh keyakinan, bahwa iman merupakan landasan fundamental, yang menjadi dasar dalam menghadapi gelombang pasang surut kehidupan di dunia fana ini. Iman yang terhujam dalam hati menjadi pegangan rohani “yang kuat”, yang mesti lembut namun teramat kokoh. Dalam Islam, iman adalah kebutuhan jiwa yang teramat mendasar, melebihi segala-galanya. Iman yang dipilih secara sadar dan sengaja, akan menjadikan si pemiliknya menjadi manusia tangguh, ketika berhadapan dengan segala corak situasi, betapaun berat dan sulit, betapapun rumit dan dilematis. Sebab, dengan mutiara iman yang mahal itu, akan dapat terpancarkan dalam setiap pikiran, dan perbuatan.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah, mereka yang apabila nama Allah disebut, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat Allah kepada mereka, bertambahlah iman mereka, dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal”.(QS Al Anfal:2)
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Indicator bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT sangatlah spektakuler, sebab meski nampak ringan dalam kata-kata akan tetapi sangat dahsyat pengaruhnya, sebab jujur kita harus berani mengatakan, bahwa sebagian kehidupan kita masih terlalu banyak diarahkan oleh hawa nafsu. Karenanya menjadi keharusan bagi semua umat Islam untuk kembali mengenang dan mengambil iktibar tentang adanya peristiwa dramatik yang terurai pada sejarah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Dalam peristiwa qurban tersebut dilukiskan betapa iman yang dipilih secara sadar dan sengaja dapat mengalahkan segala-galanya, sekalipun itu pertimbangan logis. Dalam kasus sejarah kenabian, peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim as dan putra beliau “Nabi Ismail as” merupakan peristiwa dilematis, tetapi keduanya sepakat menempuh karena pancaran iman.
Getaran jiwa yang dikendalikan oleh iman, akhirnya memenangkan Nabi Ibrahim as dalam pergolakan batin itu. Langkahnya berpihak kepada Allah SWT, dan pasrah mengorbankan Ismail yang sangat dicintainya. Sejarah manapun belum pernah mencatat adanya peristiwa antara ayah-anak seperti ini, yang didahului dialog yang sangat bersahabat namun mencekam adanya. Sebagaimana telah di kisahkan dalam Al Qur’an Surah Ash Shaffat ayat 102 :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
“Ibrahim berkata, Hai anakku, sesungguhnya aku melihat didalam mimpi bahwa aku akan meyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu ?. Dia (Ismail) menjawab; Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Dari peristiwa pengorbana Nabi Ibrahim as, telah memberikan gambaran tentang adanya revolosi keyakinan yang sangat besar untuk memantapkan keyakinan dan patuh hanya kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Besar. Dan tidak sepantasnya manusia diperbudak oleh harta benda atau materi yang bersifat duniawiyah, betapapun sepintas lalu Nampak hebat dan mengagumkan. Maka ketundukan dan pasrah diri hanya ditujukan kepada Allah SWT Sang pencipta alam semesta beserta seluruh isinya. Disilah letak konsep tauhid, dimana dengan tauhid manusia akan terangkat derajatnya dan mampu menghadapi berbagai problem, dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah fil ardl.
Keteladanan Nabi Ibrahim as hendaklah juga dijadikan contoh bagi kita semua. Apalagi kini kita masih berada dalam pamdemi covid-19, bahkan sekarang ini Pemerintah sedang memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat PPKM Darurat smpai tanggal 25 Juli 2021. Sehingga sudah selayaknya kemudian kita ikut berpartisipasi, ikut berkurban , berkurban untuk terus melanjutkan kehidupan, dengan tetep menerapkan protocol kesehatan yang ketat, membatasi mobilitas dan menghindari kerumunan. Tentu dengan niat menjaga diri dan yang lain. Dengan iringan harapan semoga pandemic segera berlalu.
Ma’asyiral Muslimin jamaah jum’ah rokhimakumullah.
Saudara, Jika diperbandingkan, ajaran Islam sebagaimana yang telah diperagakan dengan bagus oleh Nabi Ibrahim as dan Ismail as, dengan praktek-praktek kehidupan sekarang ini, maka secara jujur harus diakui bahwa masih terlalu banyak jarak antara cita-cita Islam dengan kenyataan riil perilaku umatnya. Banyak diantara kita “yang sudah mampu” bukan saja enggan mengorbankan sesuatu yang dicintainya, untuk sekedar turut dirasakan oleh saudara se iman. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang dapat menjadikan saudara-saudara se iman menjerit, merintih dan menangis, lantaran mereka menjadi korban perbuatan kita.
Demikian saudara sedikit kisah dari semangat berkurban, sebagai upaya untuk bahan evaluasi untuk terus melanjutkan hidup dan kehidupan, meski dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga. semoga kita dapat mengambil hikmah untuk selalu berkurban demi kemaslahatan bersama, tetep dalam iman dan taqwa kepada Allah SWT, bahagia di dunia dan di akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Komentar
Posting Komentar